Belajar dari Rumah Bersama Pemuda Desa di Banggai Laut

BELAJAR BERSAMA PEMUDA: Seorang pemuda Desa Lambako, Ke-camatan Banggai, Kabupaten Banggai Laut, saat mengajar siswi dari sekolah dasar desa setempat. Pemuda Desa Lambako ikut membantu para guru di masa belajar dari rumah. [Foto: Dokumentasi M. Rizal Sidolo]

Tidak hanya di wilayah perkotaan, sekolah di desa juga harus diliburkan akibat Covid-19. Namun, hal ini menjadi masalah jika tenaga pendidik terbatas dan fasilitas belajar melalui teknologi yang belum memadai.

Laporan, Alisan/Banggai Laut

Diam-diam para pemuda Desa Lambako, Kecamatan Banggai, Kabupaten Banggai Laut, memantau proses belajar mengajar siswa sekolah dasar. Perubahan pola ini menjadi perhatian karena menyangkut masa depan anak-anak.

Semakin lebih dekat memantau, mereka kian tertarik un-tuk ikut membantu para tenaga pendidik. Akhirnya, sekitar 20 pemuda “memberanikan” diri untuk terjun langsung. “Sudah sekitar satu minggu lebih jalan,” tutur salah seorang pemuda setempat, M. Rizal Sidolo ketika ditemui Selasa (28/7).

Para pemuda desa kian gusar setelah mengetahui bahwa sekolah seperti sedia kala baru akan dilaksanakan Januari 2021. Artinya, selama enam bulan belajar dari rumah. “Persiapan kita satu minggu, metode apa yang pas digunakan, kita lihat dari banyak sisi,” tuturnya.

Isal-sapaannya-menceritakan, setelah menemui kepala SD Negeri Lambako dan disetujui, mereka mulai bergerak. Namun, awalnya belum bisa langsung terjun dalam proses belajar mengajar. “Satu hari kita perkenalan dulu,” katanya.

Hari berikutnya, pemuda-pemuda ini mulai terlibat langsung dalam proses belajar mengajar. Sejak pagi hingga jam sekolah berakhir. “Dari Senin sampai Kamis. Untuk seka-rang baru kelas 4 hingga kelas 6,” jelas dia.

Menurut dia, tema berasal dari para tenaga pendidik, mereka membantu menjelaskan kepada para pelajar. “Kenapa kita bekerja sama dengan guru, karena mereka yang lebih tahu perkembangan siswa,” ucap dia.

Kerja sama dengan para guru ini, dijelaskan Isal, tenaga pendidik membuat penjelasan dalam bentuk video, kemudian mereka meneruskannya secara langsung kepada anak didik. Metode lain, apabila guru memberikan soal, mereka membantu menjelaskan kepada murid.

“Teman-teman juga ada di-brifieng walaupun tidak full,” katanya.

Pengarahan dari guru sebelum memulai pelajaran sangat membantu. Mengingat para pemuda yang terlibat tidak semua berlatar belakang tenaga pendidik. Isal misalnya informasi dan teknologi. Agar menyenangkan, para pemuda juga menampilkan video animasi yang berisi penjelasan terkait tema pelajaran dari Youtube.

“Kemarin sempat berpikir gunakan aplikasi Zoom, tapi internet kita bagaimama, terus tidak semua siswa punya handphone,” jelasnya.

Gerakan para pemuda cukup membantu tenaga pendidik. Sebab, di masa bejalar dari rumah, siswa harus dikunjungi satu per satu, sementara jumlah guru sangat terbatas. Jika menggunakan teknologi, tidak semua siswa memiliki fasilitas.

“Misalnya kelas 6 dipegang satu guru, dia harus ke beberapa rumah,” terangnya.

Meski begitu, pemuda ini juga memiliki batasan-batasan. Misalnya jika ulangan ditangani langsung para guru. “Ulangan, ujian, itu guru langsung kare-na mereka yang tahu nilai-nilainya,” jelas dia.

Selain pengalaman baru, keberuntungan lain, anak-anak sekolah dasar itu, kini memiliki ikatan emosional dengan para pemuda. Sebab, setiap harinya bertemu. “Kita bagi sif-sif, karena ada yang kerja juga,” katanya.

Kepala Desa Lambako, Azis Muchtar mengapresiasi inisiatif pemuda desanya yang begitu antusias mengawal pendidikan di situasi pandemi Covid-19. Ia menjelaskan, Isal dan kawan-kawan bekerja sama dengan pemerintah desa dan BPD untuk ikut membantu guru-guru SD Negeri Lambako dalam upaya memberikan pendampingan kepada siswa-siswi yang diwajibkan untuk belajar di rumah masing-masing.

“Saya sangat bersyukur memiliki pemuda-pemuda desa yang masih sempat berpikir tentang masa depan generasi selanjutnya,” ucapnya, Senin (27/7).

Ia juga mengatakan, jika kondisi saat ini dibiarkan berlarut-larut maka bisa jadi generasi yang muncul tidak berpengetahuan. “Karena percaya tidak percaya kalau kita terus biarkan kondisi seperti ini maka itu sama artinya kita lagi menunggu lahirnya generasi tidak berpengetahuan ke depan,” jelas Azis.

Bicara persoalan pendidikan di musim pandemi saat ini, kata Azis, bukanlah semata-mata menjadi tanggungjawab presiden atau bupati melainkan tugas semua pihak. Gotong royong menyiapkan generasi penerus. “Peran serta semua elemen diperlukan pada saat ini agar kita tidak dinyata-kan kalah melawan Covid-19,” tuturnya. (*)