HeadlineMetropolis

TNI-Polri Jamin Keamanan di Kabupaten Banggai

SultimNews, BANGGAI-Peristiwa bom bunuh diri di depan Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan mengundang keprihatinan semua pihak, termasuk di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah.

Sejumlah tokoh lintas agama langsung menggelar pertemuan di Mapolres Banggai, Senin (29/3). Persamuhan yang digagas Kapolres Banggai AKBP Satria Adrie Vibrianto dan Dandim 1308 Luwuk Banggai Letkol Inf Fanny Pantouw itu, untuk membahas upaya-upaya kedepan dalam mengantisipasi masuknya paham radikalisme, terorisme, dan intoleransi di Kabupaten Banggai.

Pada kesempatan itu, Kapolres mengimbau masyarakat tetap tenang. Jangan panik. Dan menyerahkan sepenuhnya proses hukum ke pihak kepolisian. “Peristiwa di Makassar sangat memprihatinkan, tapi jangan membuat kita resah. Mekanisme pengamanan dan penyelidikan sedang berjalan supaya bisa mengungkap sejelas-jelasnya siapa aktor di balik aksi teror itu,” kata Satria.

Satria menegaskan,  aksi teror di Makassar pada Minggu pagi (28/3) pukul 10.20 Wita itu, bukan ajaran agama tertentu tetapi oknum-oknum yang terpapar paham sesat yaitu paham radikalisme, terorisme, dan intoleran.

Selain itu, Satria memastikan TNI-Polri di Kabupaten Banggai menjamin keamanan dan ketertiban masyarakat tetap kondusif. “Saya minta monitor dunia maya karena kadang tidak terkendali. Kuatkan warga bahwa kerukunan, toleransi adalah kekuatan kita, tidak boleh ada paham-paham radikalisme dan terorisme,” tegasnya.

Jaminan keamanan juga disampaikan Dandim 1308 Luwuk Banggai. Dia mengatakan, keamanan di Banggai pasca-bom bunuh diri di depan gereja Katedral Makassar aman terkendali.

Menurut Fanny, bunuh diri itu tidak sepenuhnya pelaku bersalah. Bisa saja pelaku adalah korban dari indoktrinasi dari oknum-oknum tertentu untuk memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa.     “Kita tidak bisa menyalahkan pelaku karena mereka juga korban. Mereka didoktrin seakan-akan apa yang dibuat itu benar,” kata dia.

Dia meminta tokoh agama, tokoh masyarakat, Babinsa, dan Bhabinkamtibmas segera melapor bila ada gelegat yang mencurigakan. “Biasanya masuk dari luar dan ke daerah-daerah pelosok yang tidak termonitor, lalu dimasuki paham-paham terorisme. Bila ada informasi warga yang mulai mencurigakan segera melapor supaya ada kanter doktrin,” tuturnya.

Sementara itu, Wakil Bupati Banggai Mustar Labolo melihat aksi teror dari pendekatan kesejahteraan. Dia menilai, seseorang mudah terpapar karena ada tekanan ekonomi. Olehnya, pemerintah daerah terus berupaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. “Pemda terus tingkatkan ekonomi kerakyatan seperti kelompok usaha perikanan, kelautan dan lainnya. Karena masyarakat akan gampang terdoktrin bila tidak sejahtera,” papar Mustar.

Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Banggai, Arifin Dg Matorang,  mengutuk keras aksi teror bom di Makassar. Dia menegaskan, tidak ada agama yang mengajarkan kekerasan, orang beragama itu saling kasih dan sayang antarsesama. “Saya sudah sampaikan ke masyarakat jangan tambah-tambah komentar, karena nanti keluar atau bias sehingga tersebar hoaks,” katanya.

Begitupun yang disampaikan Ketua Sinode GKLB, Pdt. Moses Hatowa. Aksi teror di Makassar kata dia, menambah daftar panjang aksi terorisme di Indonesia. “Sejak kemarin (pasca-kejadian) kami terus koordinasi, mendoakan dan menguatkan. Sekaligus memberikan sikap bersama lalu disampaikan ke Presiden,” kata dia.

Pihaknya juga menyampaikan imbauan ke jamaat agar tidak menyebarkan video atau foto-foto korban. “Kami yakin TNI-Polri bisa memberikan jaminan keamanan, dan kebebasan beragama,” tutur Moses.

Moses sangat menyangkan aksi teror itu menjelang perayaan Jumat Agung umat kristiani, begitupun dengan umat muslim karena akan menyambut bulan ramadan.

“Koordinasi harus terus intens karena aksi terorisme ini belum dipastikan berakhir. Dialog ini harus disampaikan langsung ke akar rumput, jangan hanya di kalangan elite,” tegasnya. (awi)