Harumnya Potensi Nilam di Sulawesi Tengah

Fungsional Statistisi Ahli Pertama di BPS Kabupaten Banggai
Pada zaman milenial ini masyarakat dituntut untuk berpenampilan menarik. Dan salah satu poin penting mendukung penampilan menjadi lebih menarik, yakni dengan menambahkan aroma wewangian atau biasa disebut dengan parfum.
Parfum saat ini merupakan kebutuhan wajib dalam berpenampilan. Penggunaan jenis aroma parfum dapat disesuaikan dalam acara-acara formal maupun kasual.
Ada fakta menarik dibalik perkembangan parfum menjadi sebuah komiditi. Bahwa parfum dari brand atau merk ternama di dunia tidak akan memiliki pasar sebesar saat ini tanpa peranan Indonesia.
Ya, Indonesia memegang kunci dalam perkembangan parfum di dunia. Pasalnya, Indonesia merupakan produsen bahan baku parfum terbesar di dunia, yaitu minyak atsiri.
Minyak atsiri adalah minyak yang diekstrak dari tumbuhan, berwujud cair pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga memberikan aroma yang khas.
Minyak atsiri digunakan sebagai bahan baku parfum karena mampu mengikat aroma, dan sering juga disebut dengan minyak esensial karena memiliki aroma yang khas seperti tanaman asalnya tumbuhan nilam yang produksinya paling banyak di Indonesia.
Tanaman ini tumbuh subur di daerah tropis seperti Indonesia. Beberapa jenis tanaman nilam yang tumbuh di Indonesia antara lain, P. cablin benth (Nilam Aceh), P. heyneanus (nilam jawa) dan P.Hortensis (nilam sabun).
Dan Nilam Aceh merupakan jenis nilam yang paling banyak dibudidayakan di Indonesia karena mengandung kadar minyak dan kualitas yang paling tinggi di antara varietas lainnya.
Menurut Direktur Jendral Perkebunan, Kasdi Subagyono (2020), minyak nilam dari Indonesia merupakan minyak nilam terbaik di dunia. Diungkapkan juga dalam Talkshow Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat (PILM), Kepala Atsiri Research Center (ARC)-PUIPT Nilam Aceh Universitas Syiah Kuala, Syaifullah Muhammad (2022), yang menyatakan bahwa Indonesia merupakan negara produsen utama minyak nilam di dunia, menguasai sekitar 95 persen pasar dunia.
Meskipun demikian, sangat menyedihkan mengetahui bahwa nilai impor produk olahan minyak nilam ini lebih besar dibandingkan ekspornya.
Ini terjadi karena yang di impor produk olahan berupa parfum mahal dari berbagai merk terkenal di seluruh penjuru dunia, sedangkan ekspornya hanya dalam bentuk setengah jadi berupa minyak nilam.
Seperti yang terjadi pada tahun 2015, menurut data BPS nilai impor olahan dari minyak nilam ini sebesar $1,1 miliar, sedangkan nilai ekspor dari minyak nilam hanya kisaran $637 juta saja.
Minyak nilam memiliki harga jual yang cukup mengiurkan yaitu sebesar Rp500.000,hingga Rp700.000. Namun dalam memproduksi minyak nilam dibutuhkan nilam kering yang sangat banyak.
Untuk membuat 2-3 kg minyak nilam dibutuhkan 100 kg nilam kering. Maka dari itu diperlukan peningkatan produksi dari tanaman ini agar minyak yang dihasilkan dari tanaman ini juga meningkat.
Beberapa provinsi di Indonesia yang memiliki produksi nilam terbesar diantaranya yakni, Sulawesi Tenggara, Sumatera Barat, Jambi dan Sulawesi Tengah.
Sebagai salah satu penghasil Nilam terbesar di Indonesia, Provinsi Sulawesi Tengah dapat menjadi salah satu sentra pengolahan minyak nilam terbesar di Indonesia.
Menurut data BPS tahun 2021, luas area tanaman perkebunan nilam di Provinsi Sulawesi Tengah seluas 3.072 ha. Luas ini lebih besar 2 kali lipat dibandingkan pada tahun 2020, yang menunjukkan bahwa minat petani dalam membudidayakan tanaman ini meningkat dibandingkan tahun sebelumnya.
Perkebunan nilam ini seluruhnya masih berupa perkebunan rakyat. Tidak hanya di Sulawesi Tengah, melainkan di seluruh Indonesia, sehingga pengelolaannya pun masih menggunakan cara-cara tradisional.
Jika serius ingin mengembangkan sektor ini pemerintah pusat dan pemerintah daerah Provinsi Sulawesi Tengah pada khususnya harus dapat mendukung produksi nilam dari perkebunan rakyat ini.
Dukungan bisa berupa penyediaan bibit nilam yang berkualitas dan pupuk dengan harga terjangkau dan mudah didapatkan, kemudian dari segi teknologi budidaya dan pasca panen yang modern, selanjutnya kebijakan produksi dalam rangka penyeimbangan supply dan demand, serta kebijakan hilirisasi yang dapat meningkatkan nilai tambah pada nilam.
Hal ini tentunya diharapkan dapat meningkatkan produksi dan nilai tambah nilam di Indonesia dan Provinsi Sulawesi Tengah pada khususnya.
Di Indonesia sendiri sudah banyak berkembang brand lokal parfum yang mulai mendunia, seperti merk Oullu, HMNS, Carl & Claire, dan lain-lain. Untuk itu pemerintah daerah maupun pusat harus dapat menjembatani antara petani dan pengelola produk hilir tersebut.
Dalam rangka mendukung kebijakan pemerintah kedepannya pada sektor pertanian termasuk tanaman nilam, pada tahun 2023 akan dilaksanakan Sensus Pertanian yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik. Data yang dihasilkan akan bermanfaat bagi pemerintah untuk menentukan kebijakan yang tepat pada sektor pertanian.
Selain itu dari data yang diperoleh pemerintah dapat melihat potensi dan tantangan yang dihadapi. Maka dari itu mari bersama kita sukseskan Sensus Pertanian 2023. (*)