BUTUH BLT ATAU BANSOS

Abdullah

Abdullah

PENULIS ADALAH MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LUWUK

Lebih kurang tiga dekade terakhir ini kita akrab dengan kata kata Bantuan Langsung Tunai (BLT) cash transfer. Program pemerintah baik pusat maupun daerah dengan memberikan bantuan dalam bentuk uang tunai. Sebelumnya, program pemerintah lebih banyak berupa barang atau pelayanan jasa atau Bantuan Sosial (BANSOS).

BLT sendiri mulai populer ditahun 1990an di negara negera berkemban, seperti di negara Brazil. Tahun 2005, pemerintah memperkenalkan BLT sebagai program penguatan dalam rangka penanggulangan dampak kenaikan harga bahan bakar minyak global.

Selalu saja sasaran baik BLT maupun BANSOS adalah rumah tangga miskin, kelompok marjinal, rentan pangan, rentan pelanggaran hukum, perempuan, anak anak putus sekolah dan seterusnya.

Sebenarnya kelompok sasaran ini butuh mana?. BLT atau BANSOS?. Secara psikologi dan juga dari sisi antropologi, semua pribadi secara umum, lebih butuh alat bayar (intermediary) ketimbang barang jasa. Apalagi dengan latar belakang kelompok yang rentan, ketersediaan alat bayar secara tunai menjadi “kebutuhan pokok”.

Alat bayar ini akan meningkatkan dayang saing seseorang dan memiliki keleluasaan dalam perencanaan dan pemanfaatannya. Ini memungkinkan perseorangan atau keluarga kelompok sasaran dapat “memaksimalkan” fungsi BLT. Kelemahan BLT adalah ada peluang penerima sasaran mengalihkan BLT kepada kebutuhan yang tidak terkait sasaran program.

Kita semua dapat memahami manfaat jika seseorang atau satu keluarga setiba tiba mendapatkan alat bayar. Yang sumbernya bukan dari transaksi ekonomi atau bukan dari perdagangan barang dan jasa.

Tidak ada transaksi ekonomi tapi memperoleh pendapatan. Jika jumlahnya sedikit, tentu tidak berdampak besar. Bisa dibayangkan –seperti saat ini program PKH dapat menjangkau banyak keluarga- jika dalam satu kawasan yang sebelumnya rentan ekonoiminya, rentan pangan dan rentan gizi dan sistem ekonominya tidak berjalan. Dalam waktu bersamaan mendapatkan BLT. Kebutuhan dasar tersebut dapat terpenuhi secara berkala dan tentu dalam waktu bersamaan ikut memulihkan sistem ekonomi kawasan.

BLT pada dasarnya memiliki efek domino. Sasaran program dapat berjalan dan roda ekonomi ikut berputar. Jika dalam satu kawasan terdapat 100 penerima BLT dalam berbagai bentuk program pemerintah maupun non pemerintah dan masing masing menerima Rp500.000,- pada satu periode penyaluran akan ada dana segar dikawasan itu sebesar Rp50.000.000,-.

Kios sembako akan ramai, penjaja makanan tradisional akan bermunculan, ojek berkeliaran memuat penumpang, pasar tradisional bergairah dan petani ikut memetik panen dengan permintaan yang naik. Dan yang unik adalah semua pelaku profesi diatas adalah orang per orang akan kuat ekonominya sebagai dampat positif BLT. Dan jika dicek satu persatu, pelaku ekonomi riil ini adalah para tetangga penerima BLT.

Kecendrungan masyarakat menghabiskan uang tunainya kepada tetangganya yang memiliki usaha akan terpelihara dengan baik. Ini merupayakan budaya ekonomi yang patut dijaga untuk meningkatkan transaksi penjualan eceran. Bank Indonesia sangat menganjurkan transaksi eceran dapat ditingkatkan guna menguatkan ekoniomi dan mendinamisasi usaha sektor riil.

100 penerima sasaran yang menerima BLT, tapi efeknya dapat menguatkan ekonomi disatu kawasan. Dampak pandemi covid 19 sangat terasa, banyak usaha sektor riil yang gulung tikar. Salah satu penyebabnya adalah minimnya uang yang berputar dimasyarakat. Dalam waktu bersamaan, bantuan dalam bentuk barang makin menurunkan transaksi sektor riil.

Bandingkan jika yang diterima adalah BANSOS. Kelompok rentan gizi akan menerima paket sembako, susu dan sejumlah vitamin. Kelompok lansia akan dijatah makan bubur sehat dipuskesmas dan paket senam lansia, korban bencana dapat paket bahan bangunan. Yang rentan pangan diberi paket sembako.

Karena jumlahnya besar, pihak pemerintah akan melakukan lelang program untuk dipihak ketigakan. Tentu pemenangnya akan membeli barang barang tersebut kepada agen agen besar agar mendapatkan harga lenih rendah.

Pola ini akan mengalirkan uang tunai kepada segelintir orang pemenang tender dan sejumlah agen barang barang. Yang menikmati perputaran ekonominya adalah kelas menengah atas yang ekonominya telah kuat.

Keunggulan  BANSOS adalah, penyelenggara dapat memastikan ketepatan kualitas program. Sehingga secara periodik dapat dilakukan evaluasi untuk penataan kebijakan keberlanjutan.

Memang barang dan jasa tadi diterima oleh kelompok penerima sasaran, tapi uangnya tidak mengangkat ekonomi dikawasan. Padahal, baik BANSOS maupun BLT disalurkan untuk meningkatkan derajat sasaran. Tidak terkecuali derajat ekonomi.