Solusi Tambak Udang Tanpa Merusak Mangrove

Lady Diana Khartiono,S.Pi., M.Si.

SultimNews, LUWUK- Yayasan pemerhati lingkungan EcoNusa bersama Fakultas Perikanan (Faperik) Universitas Muhammadiyah Luwuk (Faperik) akan mengadakan program budidaya udang yang produktif dan berkelanjutan sembari melestarikan mangrove bagi masyarakat di Kecamatan Luwuk Timur, pada hari Sabtu (22/5) mendatang.

“Sebagian besar masyarakat Luwuk Timur bekerja sebagai petambak. Semakin banyak tambak dibuka, lahan mangrove akan semakin tergusur. Namun melalui program yang bernama Wanamina ini, kami harap dapat mencapai dua tujuan sekaligus, yaitu pemberdayaan ekonomi dan pelestarian mangrove,” ujar Ketua Panitia program tersebut, Lady Diana Khartiono,S.Pi., M.Si.

Ia menjelaskan, Wanamina juga dikenal dengan nama Silvofishery, yaitu penghijauan sekaligus budidaya bandeng, udang windu, dan kerang hijau yang dilakukan di kawasan mangrove, tanpa harus mengkonversi, terlebih mengancam fungsi ekologi mangrove. Selain budidaya tanpa harus mengkonversi, Wanamina juga bisa dilakukan pada tambak yang sudah terlanjur mengkonversi mangrove, dengan penanaman kembali tumbuhan tersebut di lokasi tambaknya.

“Dalam perencanaan, kami akan menanam 1000 bibit, dengan 500 bibit sebagai permulaan. Diharapkan setelah sosialisasi dan edukasi oleh Faperik Unismuh dan Dinas Perikanan Banggai, masyarakat dapat melanjutkan sistem Wanamina ini dengan sisa bibit yang diberikan,” imbuhnya.

Program ini akan diawali dengan webinar terkait persoalan budidaya udang dan mangrove, diantaranya, kajian lapangan tentang jumlah pembudidaya tambak yang semakin bertambah oleh Koordinator Penyuluh Banggai, Ir Nismah, dorongan produktivitas sektor budidaya Perikanan dalam peningkatan PNBP oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan, kajian manfaat mangrove dan metode Wanamina oleh Dekan Faperik Unismuh, Erwin Wuniarto, S.Pi., M.Si.

Lady ketika ditanya perihal pentingnya mangrove, menuturkan bahwa pada tahun 2000, gempa dengan kekuatan 6,9 SR menyebabkan tsunami dengan ketinggian yang diperkirakan mencapai 3-6 meter di Desa Totikum, Kayutanyo, dan Uwedikan dengan luas tsunami sejauh 100 meter dari garis pantai.

Efek tsunami yg lebih besar dapat diredam karena ekosistem mangrove di wilayah tersebut terpelihara dengan baik. Mangrove dapat meredam gelombang tsunami karena akar-akarnya bersifat seperti jaring. Mangrove juga merupakan tempat habitat banyak organisme. Udang maupun ikan di alam hidup berdampingan dengan mangrove, sehingga bila di sekeliling tambak maupun di dalam tambak ditanami tumbuhan itu, maka akan sangat membantu pertumbuhan dan kelangsungan siklus budidaya udang, karena dapat berperan sebagai ruang penyangga yang dapat menyediakan siklus nutrisi dan unsur hara bagi udang.

“Sistem Wanamina diperuntukan bagi tambak traditional bukan tambak perusahaan, oleh karennya, diharapkan tambak perusahaan juga memiliki standar ISO untuk lingkungannya sendiri,” tutup Dosen Faperik Unismuh itu.

Sebelumnya, Lady mengemukakan, tahun ini Universitas Muhammadiyah Luwuk Banggai  akan menjadi tuan rumah “EcoNusa Sail to Campus”, yang diinisiasi oleh dosen Fakultas Perikanan, Lady Khartiono.

Untuk menyukseskan kegiatan yang akan dihelad Mei mendatang itu, Unismuh akan berkolaborasi dengan Untika Luwuk dan dua pergruan tinggi di Kabupaten Poso yakni Unsimar dan Unkrit.

Kegiatan ini merupakan kegiatan Econusa Sail to Kampus, dimana Econusa telah melakukan Econusa Sail to Campus di 18 Universitas Besar lainnya di Indonesia. (tr-05)